
Jakarta,26 Juli 2025 – Saraf kejepit kerap dianggap sebagai penyakit yang hanya menyerang orang dewasa, terutama mereka yang sudah berusia lanjut atau yang sering melakukan aktivitas berat. Namun, tren terbaru dalam dunia medis menunjukkan bahwa remaja kini juga mulai banyak mengalami kasus saraf kejepit, sebuah kondisi yang bila tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu pertumbuhan dan aktivitas sehari-hari mereka.
Fenomena ini semakin menguat seiring dengan perubahan gaya hidup remaja di era digital. Kurangnya aktivitas fisik, postur tubuh yang buruk, dan durasi penggunaan gadget yang tinggi tanpa disertai edukasi ergonomi telah menjadi pemicu utama munculnya keluhan nyeri punggung, leher, dan gejala saraf kejepit lainnya pada usia yang semakin muda.
Apa Itu Saraf Kejepit?
Saraf kejepit atau dalam istilah medis disebut Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah kondisi ketika bantalan antar tulang belakang (diskus) keluar dari posisi normalnya dan menekan saraf di sekitarnya. Tekanan ini menyebabkan berbagai keluhan mulai dari nyeri lokal, nyeri menjalar (radikular), kesemutan, mati rasa, hingga kelemahan otot.
Biasanya terjadi di leher (servikal), punggung tengah (torakal), atau punggung bawah (lumbar). Meskipun lebih umum ditemukan pada orang berusia di atas 30 tahun, kini semakin banyak kasus yang terjadi pada remaja bahkan usia sekolah dasar.
Data dan Temuan Terkini
Menurut data dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan asosiasi fisioterapi nasional, kasus keluhan muskuloskeletal (otot dan tulang) pada remaja meningkat hingga 27% dalam lima tahun terakhir, dengan sebagian besar berkaitan dengan nyeri punggung bawah dan leher—dua gejala utama saraf kejepit.
dr. Anisa Putri, SpKFR, dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta menyampaikan bahwa pasien usia remaja mulai mendatangi klinik dengan gejala yang sebelumnya hanya ditemui pada pasien dewasa.
“Anak usia 14 sampai 17 tahun sekarang sering datang dengan keluhan nyeri punggung yang menjalar ke tungkai atau kesemutan di tangan. Setelah diperiksa, ternyata ada indikasi penjepitan saraf akibat postur yang buruk dan minimnya aktivitas fisik,” ujar dr. Anisa.
Faktor Risiko pada Remaja
Beberapa faktor yang memicu saraf kejepit pada usia remaja, antara lain:
1. Penggunaan Gadget yang Berlebihan
Remaja sering menghabiskan waktu berjam-jam menunduk menatap ponsel atau tablet. Posisi menunduk terus-menerus menciptakan tekanan ekstra pada leher (text neck syndrome), yang dalam jangka panjang dapat memengaruhi struktur tulang belakang dan menjepit saraf.
2. Duduk Lama dengan Posisi Salah
Belajar atau bermain komputer tanpa memperhatikan postur tubuh yang ergonomis membuat beban tubuh tidak seimbang, khususnya pada bagian pinggang dan punggung bawah.
3. Kurangnya Aktivitas Fisik
Makin banyak remaja yang lebih memilih aktivitas pasif seperti bermain game atau menonton video. Lemahnya otot-otot penyangga tulang belakang membuat tulang lebih rentan mengalami gangguan struktur.
4. Cedera Saat Berolahraga
Ironisnya, beberapa remaja yang aktif berolahraga pun bisa mengalami saraf kejepit bila tidak melakukan pemanasan yang cukup atau melakukan gerakan yang salah.
5. Kelebihan Beban Tas Sekolah
Kebiasaan membawa tas punggung yang terlalu berat atau hanya menggantung tas pada satu sisi dapat menciptakan ketidakseimbangan pada tulang belakang.
Gejala Saraf Kejepit yang Harus Diwaspadai
Berikut beberapa gejala saraf kejepit yang bisa muncul pada remaja:
- Nyeri pada leher, punggung tengah, atau punggung bawah
- Nyeri yang menjalar ke lengan atau kaki
- Kesemutan atau mati rasa pada jari tangan atau kaki
- Lemah otot pada bagian tubuh tertentu
- Kesulitan berdiri atau berjalan tegak
- Nyeri yang memburuk saat duduk lama atau mengangkat benda berat
Jika keluhan berlangsung lebih dari 1 minggu, memburuk, atau mengganggu aktivitas harian, maka sebaiknya segera periksakan ke dokter.
Cara Pencegahan yang Bisa Dilakukan Remaja dan Orang Tua
Agar remaja tidak menjadi bagian dari statistik penderita saraf kejepit, berikut beberapa langkah pencegahan yang bisa diterapkan sejak dini:
1. Jaga Postur Tubuh
- Duduk tegak, hindari membungkuk saat belajar atau menggunakan gadget.
- Gunakan meja dan kursi yang ergonomis.
2. Batasi Waktu Penggunaan Gadget
- Terapkan aturan screen time maksimal 2–3 jam per hari untuk hiburan.
- Beri jeda setiap 30–60 menit untuk berdiri dan meregangkan tubuh.
3. Lakukan Aktivitas Fisik Rutin
- Olahraga ringan seperti stretching, yoga, berenang, atau berjalan kaki bisa memperkuat otot punggung dan mencegah ketegangan otot.
4. Gunakan Tas yang Tepat
- Pilih tas dengan dua tali bahu yang lebar, dan pastikan berat tas tidak lebih dari 10–15% berat tubuh.
5. Tidur di Kasur yang Mendukung Tulang Belakang
- Gunakan kasur dengan permukaan yang mendukung kontur tulang belakang.
Penanganan Saraf Kejepit pada Remaja
Jika remaja sudah mengalami gejala saraf kejepit, penanganan dini sangat penting. Umumnya dokter akan menyarankan:
- Fisioterapi: untuk memperbaiki postur, mengurangi tekanan pada saraf, dan memperkuat otot.
- Obat antiinflamasi atau relaksan otot untuk meredakan nyeri.
- Modifikasi aktivitas untuk mencegah perburukan gejala.
- Dalam kasus berat, tindakan lanjutan seperti terapi injeksi atau pembedahan bisa menjadi opsi terakhir.
Kesimpulan
Saraf kejepit bukan lagi penyakit orang tua. Gaya hidup modern membuat remaja semakin rentan terhadap gangguan ini. Oleh karena itu, penting bagi remaja, orang tua, dan pihak sekolah untuk lebih peduli terhadap postur tubuh, pola aktivitas, serta waktu penggunaan gadget.
Pencegahan jauh lebih baik dan lebih murah daripada pengobatan jangka panjang. Mulailah dari sekarang dengan memperbaiki kebiasaan kecil sehari-hari.