Jakarta, Mata4.com — Keluhan nyeri punggung yang berlangsung lama sering kali dianggap remeh oleh banyak orang, padahal hal tersebut bisa menjadi pertanda serius seperti patah tulang akibat osteoporosis. Para pakar kesehatan mengingatkan masyarakat agar tidak mengabaikan nyeri punggung yang berkelanjutan, terutama pada kelompok usia lanjut dan mereka yang memiliki risiko pengeroposan tulang.
Osteoporosis: Penyakit Senyap dengan Dampak Besar
Osteoporosis adalah kondisi medis yang ditandai dengan penurunan kepadatan tulang dan kerusakan struktur mikro tulang yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Penyakit ini kerap disebut “penyakit senyap” karena tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Banyak orang baru menyadari menderita osteoporosis setelah mengalami patah tulang, terutama pada tulang belakang, pinggul, atau pergelangan tangan.
Patah tulang akibat osteoporosis, khususnya fraktur kompresi vertebra atau patah tulang belakang, merupakan salah satu komplikasi serius yang bisa menimbulkan rasa sakit berkepanjangan, deformitas tulang belakang, hingga gangguan fungsi tubuh.
Nyeri Punggung Bisa Jadi Gejala Awal Patah Tulang
Menurut dr. Maria Lestari, SpOT(K), dokter spesialis ortopedi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), pasien dengan patah tulang belakang akibat osteoporosis sering datang dengan keluhan nyeri punggung yang menetap, tanpa adanya riwayat cedera berat.
“Sering kali pasien menganggap nyeri punggungnya sebagai pegal biasa atau akibat aktivitas sehari-hari. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan radiologi, ditemukan adanya fraktur pada tulang belakang,” jelas dr. Maria.
Ia menambahkan bahwa fraktur ini dapat terjadi hanya dengan aktivitas ringan, seperti membungkuk, mengangkat benda ringan, atau bahkan batuk. Kondisi ini sangat berbahaya jika tidak segera ditangani, karena dapat menyebabkan perubahan bentuk tulang belakang seperti kifosis (punggung bungkuk) yang memengaruhi postur dan keseimbangan tubuh.
Kelompok Risiko Osteoporosis yang Harus Waspada
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menegaskan bahwa osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita pascamenopause, karena penurunan hormon estrogen yang berperan penting dalam menjaga kepadatan tulang. Namun, pria dan kelompok usia lain juga berisiko, terutama yang memiliki faktor risiko tertentu.
Faktor risiko osteoporosis meliputi:
- Usia di atas 50 tahun
- Wanita pascamenopause
- Riwayat keluarga dengan osteoporosis atau patah tulang
- Pola makan rendah kalsium dan vitamin D
- Kurangnya aktivitas fisik atau gaya hidup sedentari
- Merokok dan konsumsi alkohol berlebihan
- Penggunaan obat-obatan tertentu seperti kortikosteroid dalam jangka panjang
- Penyakit kronis tertentu seperti rheumatoid arthritis atau gangguan hormonal
Pentingnya Deteksi Dini dan Pemeriksaan Kepadatan Tulang
Untuk mencegah komplikasi patah tulang yang serius, deteksi dini osteoporosis sangat penting. Pemeriksaan kepadatan tulang menggunakan alat Bone Mineral Density (BMD) dapat membantu mengidentifikasi penurunan massa tulang sejak dini, bahkan sebelum terjadi patah tulang.
dr. Endang Wahyuni, perwakilan dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan, menyarankan agar kelompok risiko melakukan pemeriksaan BMD secara rutin.
“Deteksi dini osteoporosis dapat membuka peluang untuk terapi pencegahan yang lebih efektif, sehingga mencegah patah tulang dan komplikasi serius lainnya,” ujar dr. Endang.
Langkah Pencegahan yang Bisa Dilakukan Masyarakat
Pencegahan osteoporosis dan patah tulang dapat dilakukan dengan langkah-langkah sederhana namun efektif, antara lain:
- Mengonsumsi makanan kaya kalsium dan vitamin D, seperti susu, ikan berlemak, sayuran hijau, dan telur
- Berjemur di bawah sinar matahari pagi untuk membantu tubuh memproduksi vitamin D secara alami
- Melakukan olahraga secara rutin, terutama latihan beban dan latihan keseimbangan untuk memperkuat tulang dan otot
- Menghindari kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebihan
- Menjaga berat badan ideal dan gaya hidup sehat secara keseluruhan
- Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, terutama bagi yang sudah memasuki usia lansia atau memiliki faktor risiko osteoporosis
Kesadaran Masyarakat Masih Perlu Ditingkatkan
Meskipun osteoporosis merupakan masalah kesehatan yang signifikan, kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini masih tergolong rendah. Banyak orang yang tidak menyadari pentingnya menjaga kesehatan tulang sejak dini.
Menurut data Kementerian Kesehatan, prevalensi osteoporosis di Indonesia diperkirakan terus meningkat seiring dengan bertambahnya populasi lanjut usia. Hal ini menuntut perhatian lebih dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat umum.
Penanganan dan Terapi
Jika osteoporosis sudah didiagnosis, terdapat berbagai pilihan terapi yang dapat membantu memperlambat proses pengeroposan dan mengurangi risiko patah tulang. Terapi ini bisa berupa obat-obatan, suplemen kalsium dan vitamin D, serta program rehabilitasi fisik.
Penting bagi pasien untuk mengikuti anjuran dokter dan menjalani pengobatan secara konsisten. Selain itu, dukungan keluarga dan lingkungan juga sangat membantu dalam menjalankan gaya hidup sehat dan memantau kondisi kesehatan.
Kesimpulan
Nyeri punggung yang berlangsung lama tidak boleh diabaikan, terutama jika dialami oleh kelompok usia lanjut atau mereka yang memiliki faktor risiko osteoporosis. Patah tulang akibat osteoporosis merupakan masalah serius yang dapat menurunkan kualitas hidup jika tidak ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, deteksi dini, pencegahan, dan pengobatan yang tepat sangat penting untuk mengurangi dampak penyakit ini.

