
Jakarta, 21 Juli 2025 — WhatsApp, aplikasi pesan instan paling populer di dunia, kembali menuai kontroversi. Meta, induk perusahaan WhatsApp, secara resmi menghentikan dukungan dan pengembangan aplikasi WhatsApp versi native untuk sistem operasi Windows, dan menggantinya dengan versi Progressive Web App (PWA) yang berjalan di atas teknologi web.
Langkah ini langsung memicu reaksi keras dari jutaan pengguna di seluruh dunia, terutama mereka yang mengandalkan aplikasi desktop untuk produktivitas kerja dan komunikasi harian. Banyak yang menyebut keputusan ini sebagai “kemunduran besar” dalam pengalaman pengguna desktop.
Dari Aplikasi Native ke Web-Based: Apa yang Berubah?
Sebelumnya, WhatsApp telah merilis aplikasi native untuk Windows melalui Microsoft Store, yang menggunakan teknologi Windows App SDK. Aplikasi ini menawarkan performa yang ringan, dukungan notifikasi native, serta integrasi langsung dengan sistem Windows, termasuk pengelolaan file dan clipboard.
Namun, sejak awal Juli 2025, pengguna yang masih memakai aplikasi tersebut mulai menerima notifikasi yang menyatakan bahwa aplikasi akan segera dihentikan dan tidak lagi menerima pembaruan. Mereka diarahkan untuk mengunduh versi “baru” WhatsApp melalui Microsoft Store — yang ternyata hanyalah aplikasi pembungkus (wrapper) dari situs web web.whatsapp.com.
Berbeda dengan aplikasi native, versi web ini:
- Lebih lambat dalam membuka dan memuat chat
- Memiliki desain antarmuka yang generik dan kurang selaras dengan estetika Windows
- Tidak mendukung banyak fitur sistem, termasuk hotkey lanjutan dan sinkronisasi tema
- Terkesan lebih “kosong” secara visual — minim animasi, respons lambat, dan kesan ‘tidak dirancang khusus’ untuk desktop
Alasan Meta: Konsolidasi dan Efisiensi
Walaupun belum ada pernyataan resmi secara publik dari Meta, sumber internal dan analis teknologi menyebut bahwa langkah ini merupakan bagian dari strategi “penyederhanaan dan konsolidasi” pengembangan produk WhatsApp di berbagai platform.
Dengan hanya mengembangkan satu aplikasi berbasis web (PWA) untuk semua platform desktop — Windows, macOS, bahkan Linux — perusahaan bisa memangkas biaya pengembangan, pengujian, dan pemeliharaan aplikasi native yang sebelumnya harus disesuaikan dengan tiap sistem operasi.
Namun, strategi ini juga berarti bahwa pengalaman pengguna dikorbankan. “Apa yang efisien untuk perusahaan, belum tentu nyaman untuk pengguna,” tulis seorang analis teknologi dari The Verge.
Reaksi Pengguna: “Dari Nyaman Jadi Murahan”
Komunitas pengguna dan pengamat teknologi langsung memberikan tanggapan negatif. Di media sosial, tagar seperti #WhatsAppWebIsWorse dan #BringBackNativeApp sempat menjadi trending di sejumlah negara.
Berikut beberapa komentar nyata dari pengguna:
- “Saya pakai WhatsApp di desktop buat kerja. Sekarang jadi lemot, tampilannya kayak versi beta dari 2010.”
- “Native app jauh lebih responsif. Sekarang bahkan scroll aja delay.”
- “Kalau kayak begini, saya mending pindah ke Telegram. Mereka masih punya desktop app yang proper.”
Bahkan komunitas pengembang dan IT pun ikut bersuara, mengkritik keputusan Meta yang dianggap tidak menghormati standar pengalaman pengguna pada desktop.
Persaingan Semakin Ketat: Telegram dan Signal Diuntungkan?
Keputusan WhatsApp ini secara tidak langsung memberi ruang bagi pesaingnya seperti Telegram dan Signal. Kedua platform tersebut tetap konsisten menyediakan aplikasi native berkualitas tinggi untuk Windows dan macOS, dengan fitur lengkap dan performa yang ringan.
Telegram, misalnya, terus memperbarui aplikasi desktop dengan fitur-fitur seperti folder chat, bot interaktif, dan bahkan pemutar media internal. Bagi pengguna yang menginginkan platform komunikasi profesional di desktop, Telegram kini terlihat lebih menarik dibanding WhatsApp versi web yang terasa seperti ‘alat bantu sementara’.
Tren Industri atau Sinyal Kemunduran?
Langkah WhatsApp ini juga membuka diskusi lebih luas tentang masa depan desktop apps di era cloud dan mobile-first. Beberapa perusahaan teknologi besar, seperti Google dan Zoom, juga mulai mengarah pada pengembangan berbasis web untuk efisiensi dan fleksibilitas.
Namun, banyak pengamat menilai bahwa pendekatan ini belum ideal untuk semua jenis aplikasi. Untuk layanan komunikasi intensif seperti WhatsApp, di mana kecepatan, keandalan, dan kenyamanan antarmuka sangat krusial, menggantikan aplikasi native dengan web wrapper dianggap terlalu prematur.
“Ada waktu dan tempat untuk PWA, tapi menggunakannya sebagai pengganti penuh untuk aplikasi desktop dalam layanan komunikasi seperti WhatsApp — itu berisiko kehilangan loyalitas pengguna,” ujar Clara Mizuno, analis UX dari Tokyo Institute of Tech.
Bagaimana Nasib Pengguna Enterprise dan Bisnis?
Salah satu kekhawatiran terbesar datang dari kalangan profesional dan pengguna bisnis. Banyak perusahaan mengandalkan WhatsApp Desktop untuk komunikasi internal dan eksternal, karena dianggap lebih cepat dan stabil dibanding versi seluler.
Versi web yang ditawarkan saat ini dinilai tidak memiliki performa dan fleksibilitas yang sama. Tidak sedikit perusahaan mulai mempertimbangkan alternatif seperti Slack, Microsoft Teams, atau Telegram untuk komunikasi profesional, demi menjaga efisiensi kerja.
Kesimpulan: Hemat Biaya, Hilang Pengguna?
WhatsApp telah membuat pilihan strategis — menghentikan pengembangan aplikasi native Windows demi efisiensi dan konsolidasi pengembangan produk berbasis web. Sayangnya, pilihan ini dinilai sebagai pengorbanan besar terhadap pengalaman pengguna, khususnya di platform desktop yang masih banyak digunakan untuk keperluan produktivitas.
Jika WhatsApp tidak segera meningkatkan kualitas versi web mereka, atau kembali mempertimbangkan aplikasi native dengan pendekatan baru, mereka berisiko kehilangan segmen pengguna yang selama ini setia pada pengalaman desktop yang stabil dan nyaman.
Rangkuman:
- WhatsApp menghentikan aplikasi native Windows dan menggantinya dengan versi web berbasis PWA.
- Versi baru dinilai lebih lambat, tidak menarik, dan minim fitur dibanding aplikasi sebelumnya.
- Pengguna merespons negatif, dengan banyak yang mempertimbangkan beralih ke Telegram atau Signal.
- Meta belum memberi penjelasan publik resmi atas keputusan ini.
- Keputusan ini membuka diskusi soal masa depan aplikasi desktop vs. web-based.