Waspada Tren Berbahaya bagi Anak Perempuan di Tahun 2025

nugie Informasi
30 Mei 2025 11:05Wib
Bagikan atau simpan

Jakarta, mata4.com – Sejumlah tren yang berkembang di kalangan anak perempuan sepanjang awal tahun 2025 memicu keprihatinan di tengah masyarakat dan pakar pendidikan. Dari tantangan media sosial ekstrem hingga pengaruh komunitas daring tertutup, anak perempuan menjadi salah satu kelompok paling rentan terhadap paparan negatif di dunia digital saat ini, Jumat (30/5/2025).

Tren Berbahaya yang Mengkhawatirkan

ADVERTISEMENT

Lembaga Perlindungan Anak dan Remaja Indonesia (LPARI) mencatat peningkatan kasus yang berkaitan dengan:

  • Tantangan Berbahaya di Media Sosial
    Misalnya, "Skinny You Challenge" yang mendorong remaja perempuan melakukan diet ekstrem dan olahraga berlebihan demi mengejar standar tubuh ideal yang tidak realistis.

  • Konten Manipulatif tentang Self-Harm dan Isolasi Diri
    Beberapa komunitas daring memengaruhi anak perempuan dengan glorifikasi depresi, menyarankan penarikan diri sosial sebagai "pilihan hidup estetik".

  • Eksploitasi Citra Diri Lewat Aplikasi AI dan Deepfake
    Munculnya aplikasi yang dapat mengedit wajah atau tubuh secara ekstrem memicu gangguan citra tubuh dan tekanan sosial yang tinggi.

Peran Orang Tua dalam Mengantisipasi

Psikolog anak dan keluarga, dr. Rika Widjaja, M.Psi., mengingatkan pentingnya keterlibatan orang tua sejak dini.

"Orang tua tidak bisa lagi hanya menjadi pengawas pasif. Mereka harus menjadi teman diskusi yang terbuka bagi anak, terutama dalam memahami dunia digital," ujar Rika.

Beberapa langkah konkret yang disarankan:

  • Membangun komunikasi dua arah: Dengarkan keluh kesah anak tanpa menghakimi.
  • Memberikan literasi digital: Jelaskan risiko internet dan cara menilai informasi.
  • Membatasi akses secara sehat: Mengatur waktu layar bukan untuk mengontrol, tapi untuk menjaga keseimbangan.

Cara Anak Perempuan Menghadapinya

Pendidikan karakter dan pembekalan keterampilan hidup menjadi senjata utama anak dalam menghadapi tekanan digital.

Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:

  • Menguatkan kepercayaan diri: Anak perlu diajak mengenal nilai dan potensi diri yang lebih dari sekadar penampilan.
  • Menghindari perbandingan sosial: Penting untuk memahami bahwa media sosial bukan cerminan nyata kehidupan.
  • Melaporkan konten negatif: Jika menjumpai konten yang berbahaya atau mencurigakan, anak perlu tahu cara melaporkannya ke platform maupun ke orang dewasa terpercaya.

Pentingnya Kolaborasi

Pemerhati anak, pendidik, dan pemerintah diminta untuk terus bersinergi agar lingkungan digital menjadi tempat yang aman dan mendukung tumbuh kembang anak, terutama perempuan yang sering kali menjadi target utama standar sosial yang menyesatkan.

Sumber: Lembaga Perlindungan Anak dan Remaja Indonesia (LPARI)

Tags: