Bekasi, Mata4 - Sekolah merupakan tempat utama bagi siswa untuk menimba ilmu, membentuk karakter, dan meraih cita-cita. Namun, belakangan ini muncul banyak kasus yang menunjukkan bahwa tidak semua sekolah menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi siswanya. Mulai dari kasus perundungan (bullying), tekanan akademik berlebihan, hingga kurangnya perhatian terhadap kesehatan mental siswa menjadi isu yang semakin mencuat.
Menurut data Kementerian Pendidikan, angka kasus kekerasan di lingkungan sekolah terus meningkat dari tahun ke tahun. Banyak siswa mengalami tekanan psikologis, baik dari teman sebaya maupun dari sistem pendidikan yang terlalu fokus pada nilai akademik.
“Saya merasa cemas setiap kali masuk sekolah. Bukan karena pelajaran, tapi karena lingkungan yang tidak mendukung,” ujar R, seorang siswa SMP di Jakarta yang tidak ingin disebutkan namanya.
Selain itu, infrastruktur sekolah di beberapa daerah juga masih belum memadai. Fasilitas belajar yang kurang, ruangan kelas yang sempit, serta ketersediaan guru yang terbatas menjadi tantangan tersendiri dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Pemerintah sebenarnya telah berupaya memperbaiki kondisi ini melalui program Sekolah Ramah Anak dan peningkatan anggaran pendidikan. Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada implementasi di lapangan dan kerja sama antara sekolah, orang tua, serta masyarakat.
Psikolog pendidikan, Dr. Anisa Pratiwi, menyatakan bahwa sekolah harus menjadi tempat yang tidak hanya mendidik otak, tetapi juga hati dan jiwa siswa. “Anak-anak harus merasa aman secara fisik dan emosional di sekolah. Lingkungan yang suportif akan membentuk siswa yang percaya diri dan siap menghadapi masa depan,” katanya.
Mewujudkan sekolah yang ideal bukan tugas satu pihak saja. Perlu peran aktif guru, orang tua, dan pemerintah untuk bersama-sama menciptakan lingkungan belajar yang positif, aman, dan menyenangkan. (Mutiah)